Sabtu

Nazaruddin Ditangkap, Nama Yang Disebut-Sebut Jangan Ditutup-Tutupi

Kedatangan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin di tanah air tadi malam tak pelak menyimpan bom waktu dahsyat. Sejumlah elit politik Partai Demokrat yang disebut Nazaruddin terlibat kasus korupsi bakal dibidik KPK untuk diperiksa.
Sejumlah kalangan pun minta penegak hukum tak cuma fokus pada Nazaruddin. Tokoh-tokoh lain jangan sampai terlupakan atau menguap, apalagi nama mereka disebut-sebut oleh Nazaruddin.
Nama-nama tenar seperti Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum, Menpora Andi Mallarangeng, anggota komisi X Angelina Sondakh (Angie), dan Edhie Baskoro (Ibas) bisa dibilang kini tengah menanti dengan rasa was-was untuk dikonfrontir dengan buronan yang tertangkap interpol di Kolombia tersebut.
Selain itu, masih ada nama tenar lain seperti anggota DPR dari PD Mirwan Amir, Kajati Sumbar Fahmi Sutan Bagindo, maupun para petinggi KPK seperti Ade Raharja atau Chandra Hamzah.
Desakan pengusutan terhadap elit PD ini dihembuskan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin. Menurut Din, KPK harus mengusut testimoni Nazaruddin mengenai dugaan keterlibatan sejumlah elite Partai Demokrat terkait perkara dugaan suap proyek wisma atlet SEA Games.
“Terpenting nama-nama yang disebut Nazaruddin jangan menguap begitu saja. Di situ ada Anas, Andi Mallarangeng dan Ibas. Nah itu jangan ditutup-tutupi. Inilah saatnya kita membongkar semua kebobrokan,” kata Din Syamsuddin.
Menurut Din, KPK harus sigap mengamankan barang bukti yang dimiliki Nazaruddin sehingga tidak ada pihak lain membelokkan perkaranya. “Saya kira nama-nama yang telanjur dia sebut, termasuk Andi Mallarangeng, Anas, Ibas, ini jangan sampai terhapus, terpupus. Justru kita akan semakin mencurigai kalau sampai nama-nama sudah dia sebutkan itu jadi hilang begitu saja,” tegasnya.
Dia berharap proses penyidikan terhadap Nazaruddin dilakukan KPK secara transparan agar diketahui publik. “Ini yang harus kita kawal. Maka pemeriksaan, penyidikan, bahkan pengadilan terhadap Nazar harus terbuka dan transparan,” pungkasnya.
HARUS DIKAWAL
enada dengan itu, pengamat politik dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muhtadi menekankan, pengusutan kasus Nazaruddin harus terus dikawal, agar tidak berhenti pada level remeh temeh yang sekedar mencari kambing hitam.
“Supaya tidak berhenti pada satu dua pion saja, kalau ada raja yang lebih besar di belakang Nazar harus dituntaskan juga. Karena efek destruktif kasus ini terlanjur membuat nama besar pemerintahan SBY, KPK, dan Partai Demokrat tercoreng,” tuturnya saat dihubungi tadi malam.
Menurut Burhanudin, KPK akan bunuh diri jika berani ‘bermain- main’ dengan kasus Nazaruddin. Sebab seluruh pasang mata dari penduduk negeri ini yang berjumlah 237 juta jiwa tertuju kepada penuntasan kasus korupsi Wisma Atlet.
Burhanuddin juga menyayangkan KPK tidak memiliki sel penjara sendiri untuk para koruptor. Dia melihat ada celah untuk mencuci otak Nazaruddin di rumah tahanan (rutan).
“Jika saja DPR tidak menolak permintaan KPK untuk memiliki rutan sendiri bagi para koruptor, tentu kejadiannya tidak seperti ini. Ke depan, KPK harus memilik rumah tahanan sendiri jadi tidak menitipkan tahanan korupsi ke instansi lain,” kata dia.
Di tempat terpisah, Ketua Umum Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN) Frans H Winarta mengatakan, kepulangan Mohammad Nazaruddin adalah momentum tepat penegakan supremasi hukum di Indonesia.
“Karena dia menuding semua orang-orang berkuasa, partai berkuasa. Dia tuding Anas Urbaningrum berbisnis. Lalu pengakuan sopir Nazaruddin yang mengaku mengantarkan uang untuk Kongres pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat,” urai Frans.
Kepulangan Nazaruddin, kata Frans, juga momentum tepat bagi terciptanya sistem peradilan yang adil dan sekaligus mengembalikan citra hukum Indonesia.
“Saya ingin proses peradilan yang adil dan terbuka. Optimistis suatu hari nanti akan tercapai. Ini momentumnya, bagaimana peradilan fair atau tidak,” tegas Frans.
GELEDAH
Kasus Nazaruddin ini memang menyeret-nyeret banyak orang.. Tak hanya sejawatnya di DPR, tapi juga saudaranya yang dipakai paspornya. Dari Sumut dilaporkan, sejumlah personil Polda Sumut Jumat malam menggeledah kediaman Yunus Rasyid, paman Syarifuddin di Jalan Garu I, Medan.
Pemeriksaan rumah Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Sumut ini, terkait pernyataan Syarifuddin, sepupu Nazaruddin, yang menyatakan kepada penyidiki bahwa paspornya hilang. “Tim ke rumah Yunus untuk mengetahui TKP di mana hilangnya paspor Syarifuddin sesuai dengan keterangannya saat diperiksa tim penyidik,”
jelas Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro.
Menurut dia, pihak kepolisian juga akan mendatangi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) yang merupakan tempat Syarifuddin bekerja. Di perguruan tinggi swasta itu, pihak kepolisian ingin mengetahui alasan Syarifuddin sering bepergian ke luar negeri dalam jangka waktu yang cukup lama.

0 komentar:

 
;